Selasa, 29 September 2015

Pantai Coro Tulungagung


TENTANG PANTAI CORO
Pantai Coro adalah sebuah pesisir laut pantai yangberada di daerah pegunungan dan kawasan hutan pohon jati di Kabupaten Tulungagung.Kawasan hutan jati tersebut terletak di perbukitan yang jalannya sangat terjal dan sempit.Perbukitan ini memiliki panorama yang masih alami.Beraneka jenis pepohonan, tumbuhan dan buah-buahan tumbuh dengan subur serta hasil bumi yang melimpah yang ada di sepanjang jalan setapak menuju pantai coro.
Pantai Coro merupakan pantai yang mudah untuk ditemukan.Pantai coro terletak di kota Tulungagung bagian selatan berdekatan dengan kompleks Reco Sewu dan laut bebas di daerah Popoh, kurang lebih 25 km barat daya pusat kota Tulungagung.
Untuk sampai ke Pantai Coro, hal pertama adalah menuju arah Pantai Popoh, setelah itu ambil jalur ke Padepokan Retjo Sewu.Setelah sampai di komplek Retjo Sewu, memarkir kendaraan di ParkiranRetjo Sewu.Kemudian berjalan kaki menuju arah ke Laut Bebas dan Goa Alami.Pantai Coro terletak di timur Laut Bebas lebih tepatnya.Jadi terus berjalan kaki ketika sudah menemukan papan penunjuk arah menuju Laut Bebas dan Goa Alami.Tidak jauh dari papan tersebut ada jalan masuk hutan di sebelah kanan.Berbelok kanan dan terus mengambil lajur kanan.
Diperlukan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit untuk sampai ke pantai berpasir putih ini.Medannya pun terbilang mudah, jalan setapak perkebunan penduduk sekitar.Tanjakan hanya dijumpai beberapa kali saja dan itu tidak terlalu tinggi. Selama perjalanan  akan disuguhi pemandangan Laut Bebas di sebelah kanan. Laut Bebas yang biru itu membuat perjalanan tidak terasa sulit dan melelahkan.Setelah turun dari tanjakan perbukitan, barulah sampai di Pantai Coro.
 KEINDAHAN PANTAI CORO
Pantai Coro adalah pantai membentang sepanjang  400 meter. Ciri khas Pantai coro adalah  pasir yang berwarna putih, lembut dan masih sangat bersih. Pasir putih ini terbentang di sepanjang pantai.Perpaduan dari pasir yang putih dan air lautnya yang biru adalah sebuah kepingan surga yang ada di bumi Tulungagung.Di pantai yang berpasir putih ini, menyuguhkan pemandangan yang memukau dan eksotika ombaknya yang tenang dan bening sehingga menampakan batuan koral dan karang dibawahnya.Serta hembusan angin laut selatan yang menambah keindahan di Pantai Coro.
Dan terdapat banyak tumbuhan dan batu – batu karang yang berada  di sepanjang pantai. Sebagian besar pantai, terutama yang ada di bagian tengah, dasar pantainya berupa bebatuan datar berlumut yang agak licin.Terdapat banyak sekali jenis kulit kerang yang terdampar di bibir pantai, begitu juga dengan batu karang terdapat dipasir putih yang terhampar luas menambah keelokan Pantai Coro.
Di Pantai Coro ini juga terdapat sebuah mata air yang sangat jernih, dingin dan airnya tawar. Mata air ini berada di sebelah kanan area Pantai Coro danaliran mataair ini terus mengalir menuju Pantai. Mata air ini bersumber dari dasar pasir putih yang terus menggelembung.
Selain itu, di Pantai Coro juga terdapat sebuah Danau yang berada di sebelah kiri Pantai yang di tumbuhi dengan pepohonan di sekelilingnya.Air di danau ini sangat jernih, sehingga dapat terlihat dasar danau, banyak terdapat ikan-ikan kecil di dalamnya. 
Pantai Coro memiliki letak yang sangat strategis, karena letaknya berdekatan dengan Pantai Sidem, Pantai Popoh, Laut Bebas dan Padepokan Retjo Sewu. Berbeda dengan  Pantai Sidem, Pantai Popoh  yang sudah terkenal dan banyak pengunjungnya, Namun di Pantai Coro ini masih sangat perawan dan alami, karena masih belum banyak dijamah orang dan belum banyak orang yang mengetahui Pantai Coro. Sehingga Pantai ini masih sepi , tenang dan sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga, sahabat dan orang terdekat. 
MITOS & SEJARAH PANTAI CORO
Pantai Coro merupakan pantai yang masih sangat alami,pantai ini terletak dibawah pegunungan serta kawasan hutan pohon jati di Desa Besole.Pantai ini juga memiliki air laut yang sangat jernih sehingga permukaan dasar laut bisa dilihat dengan mata telanjang, seperti karang-karang dan tumbuhan laut.
Coro adalah nama binatang dalam Bahasa Jawa yang berarti kecoa dalam Bahasa Indonesia. Meskipun pantai ini bernama Pantai Coro, bukan berarti Pantai Coro dipenuhi oleh kecoa. Konon katanya, dulu ketika pantai ini ditemukan, banyak ditemukan rumah kecoa di sana. Tetapi sekarang sudah berbeda, tidak ada satupun kecoa yang bisa ditemukan di sana. Tetapi menurut juru kunci Pantai Coro di ambil dari nama dusun,bukan dikarenakan banyak kecoa di kawasan pantai tersebut,namun menurut warga setempatdisebut Pantai Coro karena dahulunya ada sebuah batu besar di sekitar pantai yang menyerupai hewan kecoa. 
Pantai ini berbentuk semacam teluk yang kanan-kirinya diapit tebing tidak terlalu tinggi.Pasirnya putih, airnya agak bening berwarna biru kehijauan,disana juga banyak sekali dijumpai batu karang, tumbuhan dan hewan laut hidup. Pengunjung bisa melihat dengan jelas tumbuhan dan hewan laut hidup di batu – batu karang di sepanjang pantai dan semua itu akan lebih jelas terlihat ketika air laut mulai surut. Sebagian besar pantai,terutama yang ada di bagian tengah, dasar pantainya berupa bebatuan datar berlumut yang agak licin.Ada juga beberapa batu karang cantik yang ada di pinggir pantai. Pantai coro ini juga tidak terdapat area pemancingan bagi para nelayan,menurut warga ombak yang begitu besar tidak baik diadakan kegiatan pemancingan ataupun pencarian ikan di sekitar pantai.
FASILITAS 
Di Pantai Coro ini, terdapat beberapa fasilitas yang bisa dinikmati oleh setiap pengunjung yang datang ke sana. Salah satunya yaitu disediakannya tempat parkir. Lokasi tempat parkir menuju Pantai Coro bertempat di depan Padepokan Retjo Sewu (PRS). Karena perjalanan menuju pantai yang sulit ditempuh oleh kendaraan, maka untuk sampai ke Pantai Coro kita harus berjalan kaki kira-kira 1 km. Selain tempat parkir, di sepanjang jalan menuju pantai juga disediakan beberapa gubug kecil. Gubug itu bisa digunakan untuk tempat peristirahatan bagi pengunjung sewaktu melakukan perjalanan panjang yang sangat menguras tenaga.Gubug itu dibuat oleh penduduk sekitar pantai yang juga mereka gunakan untuk melepas lelah sewaktu menggarap perkebunan milik mereka yang berada di sekitar pantai.
 Selain tempat parkir dan gubug, di sana juga terdapat beberapa kios kecil diperumahan warga yang berada di sekitar Padepokan Retjo Sewu (PRS). Di kios tersebut menyediakan minuman dan beberapa snack yang bisa digunakan sebagai bekal perjalanan menuju Pantai Coro.
Namun di lokasi Pantai Coro ini, belum ditemukannya fasilitas umum seperti toilet.Ada sebuah toilet, tetapi berada di kawasan Padepokan Retjo Sewu (PRS). Karena Pantai Coro yang belum  di kenal public sehingga fasilitas yang ada saat ini masih seadanya dan belum dikelola resmi oleh PEMKAB Tulungagung. Dan jika pengunjung  muslim hendak melaksanakan sembahyang, bisa di muhola yang berada di kawasan Padepokan Retjo Sewu.

Sejarah Gunung Wilis Kediri


Gunung Wilis merupakan salah satu gunung suci dari sembilan gunung suci di Jawa. Perihal kesuciannya tersebut diabadikan dalam Kitab Tantu Panggelaran. Kitab ini berasal dari tahun 1557 Saka (1635 M)[1]. Dalam kitab ini diceritakan tentang proses pemindahan Gunung Mahameru oleh para dewa dari tanah Jambudwipa[2] ke pulau Jawa, dan terbentuknya gunung-gunung di Jawa. Beginilah kisahnya:
Col andap kulwan, maluhur wetan ikang nuşa jawa; yata pinupak sang hyang mahāmeru, pinalih mangetan. Tunggak nira hana kari kulwan; matangnyan hana argga kelāça ngarannya mangke, tunggak sang hyang mahāmeru ngūni kacaritanya. Pucak nira pinalih mangetan, pinutĕr kinĕmbulan dening dewata kabeh; runtuh teka sang hyang mahāmeru. Kunong tambe ning lĕmah runtuh matmahan gunung katong; kaping rwaning lmah runtuh matmahan gunung wilis;................(Pigeaud, 1924).
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Dilepaskan turun di sebelah barat, menuju ke timur pulau Jawa. kemudian dilepaslah Sang Hyang Mahameru, dipindah ke timur. Dasarnya tertinggal di barat. Oleh sebab itu terciptalah gunung yang bernama Kailaca nanti. Mengenai Sang Hyang Mahameru beginilah ceritanya. Puncaknya dipindah ke timur, dikitari oleh semua para dewa; runtuh dari Sang Hyang Mahameru. Setelah jatuh ke tanah terciptalah Gunung Katong[3]; yang kedua tanah jatuh menciptakan Gunung Wilis;......….(Munib, NB, 2011).
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa sekitar abad 16-17 nama “Wilis” telah digunakan. Gunung Wilis merupakan runtuhan kedua setelah Gunung Katong (Lawu) dari rentetan guguran Sang Hyang Mahameru yang dipindah dari india ke tanah Jawa. Jadi, sebagai salah satu bagian dari Sang Hyang Mahameru maka Gunung Wilis adalah gunung suci bagi umat Hindu. Kesucian tersebut dapat pula dilihat dari ditemukannya bangunan suci berupa reruntuhan bangunan suci di lereng-lerengnya.
Goa Selomangleng Kediri, Candi Ngetos, Omben Jago, Candi Penampihan, Candi Pandupragulopati, Situs Condrogeni dan beberapa pusat kerajaan yang tumbuh kembang di sekitar Gunung Wilis. Sebutlah, Kerajaan Wengker di nagara Lwa, Kerajaan Wurawan di nagara Glang-Glang berkembang di bagian barat Gunung Wilis. Sedangkan Kerajaan Panjalu di nagara Daha berkembang di timur Gunung Wilis.

Kisah Petualangan Gaib Digunung Wilis Jawa Timur


Dalam petualangan gaib digunung wilis kali ini,Saya mendapatkan Mustika gaib Batu berwarna hitam legam dengan corak yang sangat aneh.
Bagaimanakah ceritanya ?
Kisah berbau mistik ini memang sudah cukup lama berlalu.Persisnya berlangsung pertengahan tahun 2004 silam.Meski Begitu,ada sisi yang amat menarik dari perjalanan gaib kali ini.Yang barangkali saja bisa menambah wawasan anda tentang keghaiban.
Waktu itu saya diajak oleh seorang teman bernama Subhan.Kami pergi kesuatu gunung yang legendaris bagi masyarakat jawa timur dan sekitarnya.yang dikenal dengan nama gunung wilis.Dikatakan legendaris sebab menurut kisahnya,pada masa kerajaan majapahit Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309).Gunung wilis ini pernah dijadikan tempat bertapa dan untuk mendekatkan diri kepada sang maha pencipta alam semesta.Meskipun zaman telah berkembang dengan pesat,namun kawasan gunung wilis masih tetap dipercaya mengandung kesakralan dan fenomena gaib tertentu.sebagai contoh dalam keseharian masyarakat desa dan sekitarnya.Menganggap gunung wilis sebagai gunung yang sangat wingit.Jarang sekali ada warga yang berani memasuki kedalaman gunung ini seorang diri.
Gunung Wilis adalah sebuah gunung non-aktif yang terletak di Pulau Jawa , Provinsi Jawa Timur , Indonesia . Gunung Wilis memiliki ketinggian 2552 meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri , Tulungagung , Nganjuk , Madiun , Ponorogo , dan Trenggalek.Gunung wilis memiliki satu puncak tertinggi yang bentuknya tidak lancip akan tetapi agak datar dan panjang.Sampai hari ini dari puncak gunung wilis mengalir berbagai sumber mata air yang turun kebawah sebagian membentuk beberapa air terjun.Salah satu air terjun dari puncak gunung wilis sebelah selatan diwilayah besuki adalah irenggolo.Kemudian disebelah utara wilis diwilayah sawahan terbentuk pula air terjun sedudo,konon sedudo menjadi pasangan gaib daripada air terjun cobanrondo yang terletak diwilayah waduk selorejo.Disamping kedua air terjun itu kira-kira pada bagian hampir mendekati puncak wilis paling tinggi terdapatlah air terjun ngleyang yang masih perawan diwilayah bolawen.Jika irenggolo dan sedodo sudah dibuka menjadi obyek wisata.Air terjun ngelang masih bertahan ditengah hutan belantara dan belum dibuatkan jalan kesana.karena lokasinya dari jalan aspal kira-kira satu jam lebih jalan kaki orang dewasa.Kembali kecerita memang gunung wilis sangat wingit Menurut cerita penduduk yang tinggal disekitar lereng gunung,hutan digunung wilis masih sering menampakkan berbagai fenomena gaib,seperti kesaksian yang menyebutkan bahwa warga memang sering mendengar suara gamelan yang mendayu-dayu sedemikan rupa. Lebih dari itu, ada pula warga yang telah mendapat berbagai macam benda-benda pusaka. Berbagai kesaksian tersebut rupanya cukup menarik perhatian Dan sebagai seorang yang gemar bertualang menyibak kemisteriusan dunia gaib, tentu saja ajakan sang teman tak bisa saya tolak. Apalagi,Subhan mengatakan kalau dirinya ingin berburu pusaka di dalam kelebatan gunung yang Wingit itu. Setelah menyusun kesepakatan, akhirnya berangkatlah kami berdua. Dengan berbekal keyakinan dan berbagai perlengkapan yang cukup memadai, Alhamdulillah akhirnya perjalanan kami sampai juga di perbatasan. Sesampainya disana, kami harus menyelusuri sungai sejauh kira-kira 2 Km.Hal ini harus kami lakukan sebab setahu kami memang tak ada jalan lain, kecuali lewat sungai tersebut. Di saat matahari mulai terbenam ke ufuk barat, kami telah sampai di lereng gunung. Tanpa peduli dengan kegelpan yang mulai meliputi sang mayapada, kami terus melangkah lebih jauh masuk ke dalam hutan.
Hutan pegunungan Wilis memang begitu luas.pada sisi Kediri, tepatnya di daerah Dolo kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa digin dan tingkat kelembaban rendah
Gunung Wilis mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Daerah perbukitan Gunung Wilis konon pernah dilalui oleh Jendral Sudirman , sebelum melakukan Serangan Sebelas Maret ke Yogyakarta.Pendakian Gunung Wilis dari arah timur dapat dimulai melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo.Sementara itu dari arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung . Apabila ingin mencapai Gunung Wilis dari arah utara, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Nganjuk , sementara dari arah barat, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Ponorogo atau Kabupaten Madiun .
Sambil menyusuri setapak demi setapak areal Gunung wilis, Saya tak kuasa untuk menghayati pemandangan yang terhampar disekelilingnya. Subhanallah ! Saya amat takjub dengan seluruh pepohonan besar yang berbaris sedemikian rupa, seolah para raksasa yang berdiri mengawal keagungan awal.
Lambat laun, lamunan Saya buyar oleh suara Subhan yang memberi tahukan bahwa waktu Maghrib telah tiba. Dia pun mengumandangkan Adzan. Setelah kami sama-sama mengambil wudhu di aliran sungai kecil yang tak jauh dari tempat kami. Setelah itu kami melakukan sholat berjamaah. Selepas sholat,Saya mulai mempersiapkan segala sarana untuk ucapan ritual, yang sebelum berangkat memang sudah kami dipersiapkan di rumah. Tepat pukul 21.00 WIB,Saya dan Subhan berpisah untuk mencari tempat masing-masing. Tentu saja maksudnya agar kami bisa khusyuk dalam melakukan ritual yang akan digelar, sesuai dengan keinginan masing-masing.Lewat sebuah amalan pembuka pintu gaib,Saya mulai memusatkan segenap konsentrasi untuk masuk ke alam dimensimaya. Entah sudah berapa jam saya memusatkan konsentrasi, bahkan berbagai amalan dan ajian yang berbeda-beda sudah saya gunakan, namun amalan dimensi lain belum juga terbuka tirainya. Baru menjelang pukul 02.30 WIB,Saya mulai bisa menyibak alam lain. Subhanallah ! kejadian yang sulit diceritakan lewat untaian kalimat, yang jelas Saya mulai menapaki ruas jalan diarea hutan.
Entah sudah berapa jauh saya menyelusuri daerah gaib. Karena terasa lelah, akhirnya saya beristirahat di sebuah mushola kecil yang sepertinya sudah sangat tua. Ketika saya akan masuk ke dalam mushola tersebut, tiba-tiba dari dalamnya keluar seorang kakek. Rupanya si kakek sengaja ingin menyambut kedatangan Saya.Selamat datang Anakku! Cetus si kakek. Sikapnya amat ramah, dengan senyum yang terasa menyejukkan. Sayapun memberi hormat padanya dengan cara mencium jemari tangannya. Setelah itu si kakek memeluk pundak Saya, dan mengajaknya masuk ke dalam mushola tua. Anakku, aku sangat senang sebab kau bisa datang di kediamanku itu. Sudah lama aku menunggumu. Rasanya, sudah tiga tahun menurut hitungan bangsa manusia. Ingat, aku pernah hadir dalam mimpimu, bukan? Subhanallah! Saya baru sadar kalau kakek inilah yang memang pernah hadir dalam mimpi tiga tahun silam itu. Ya, saya baru ingat kakek memang pernah hadir dalam mimpiku. Tapi, benarkah kakek yang dalam mimpi itu memberikan Batu hitam kepadaku ? Tanya Saya. Benar, cucuku! Jawab si kakek. Masya Allah! Saya langsung menubruk si kakek. Rasa haru, sedih, bahagia, bercampur aduk dalam dada Saya. Bahkan, entah mengapa, saat itu Saya sempat menangis untuk sesuatu yang tak jelas. Mungkin, karena saya merasa telah melampaui suatu kegaiban yang amat sulit dicerna dengan akal sehat. Setelah keadaan berubah tenang, si kakek baru mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya.Nak, inilah batu hitam yang pernah aku berikan kepadamu dalam mimpi itu! Katanya. Saya hampir tak percaya dibuatnya, sebab batu yang diberikan si kakek wujudnya memang sama persis dengan batu yang diberikannya lewat mimpi tiga tahun silam. Dari pertemuan ini akhirnya Saya jadi tahu kalau si kakek bernama eyang margopati. Beliau berasal dari golongan bangsa Jin Muslim.Tapi yang paling penting,dalam pertemuan itu saya banyak diajarkan beberapa ilmu para sesepuh jaman dahulu yang tidak bisa saya jabarkan disini,Waktu tidak terasa Setelah selesai memberi wejangan akhirnya sang kakek berpamitan karena masih ada urusan lagi.Dan akhirnya saya pun Menyudahi ritual.disekitar tempat saya berada tiba-tiba berguncang dengan hebat.Sebelum sadar dengan apa yang terjadi,terdengar satu suara yang membentak, Anak manusia kurang ajar,berani-beraninya kau mengusik ketenanganku!Perlahan Saya membuka kedua belah mata, untuk melihat siapa gerangan pemilik suara sekeras gledek itu. Astagfirullahal'adziim! Sekitar tujuh meter dihadapan saya,bercokol makhluk yang amat menyeramkan.Wujudnya berupa seekor Naga berwarna hitam bersisik kehijauan, dengan mata dan lidah merah menyala. Kepala Naga ini besarnya mungkin sama dengan truk, sedangkan bagian tubuhnya yang lain tidak begitu jelas terlihat.Maafkanlah jika kedatanganku mengusik ketenangan Andika. Bukan itu yang menjadi tujuan saya. Maksud saya ditempat ini hanyalah karena ingin mengambil warisan leluhur yang ada disini.jawab saya sambil terus berdzikir Qolbi.
Sang Naga yang bernama Ki Jambrong itu mendengus,sehingga hawa panas tubuhnya seakan-akan membakar seluruh alam di sekitar tempat itu.Jika itu yang menjadi tujuanmu, maka terlebih dahulu kau harus perang tanding denganku!Sungutnya dengan suara keras membahana, sehingga tanah kembali bergetar.Bukan tujuanku untuk menebar kebencian dan angkara murka di antara sesama makhluk Allah. Namun, jika kau menghalangi niatku untuk mengambil harta pusaka peninggalan leluhur, maka perang tanding pun terpaksa harus aku jalani.
Persis seperti dalam film-film fantasi, demi mendengar ucapan saya yang demikian,sang Naga mendengus sambil menyemburkan api dari dalam mulut dan lubang hidungnya. Syukur Alhamdulillah, berkat karomah dan kesaktian Asma yang diajarka eyang margopati, tak sedikit pun api itu dapat menyentuh tubuh saya. Kenyataan inilah yang akhirnya membuat Ki jambrong menghilang. Kepalanya yang sebesar truk itu seperti amblas ke dalam tanah.Lalu tiba-tiba
Ki Jambrong benar-benar mewujudkan ancamannya. Dia kembali muncul dengan kemarahan yang sepertinya tak bisa ditahan lagi.Semua bangsa siluman yang bercokol ditempat ini telah pergi karena tak kuat menahan serbuan hawa panas dari wirid yang kau amalkan. Kerajaan kami telah porak-poranda. Karena itulah, aku ingin melakukan perang tanding denganmu,Bentak Ki Jambrong dengan suara keras membahana bagai petir memecah angkasa.Tanpa menunggu jawaban Saya, dengan gerakan yang sulit diceritakan lewat kata-kata, Ki Jambrong langsung menyerbu. Saya yang telah dibentengi oleh gaib sudah barang tentu dapat mengantisipasi serangan itu. Semuanya dapat terjadi karena bantuan Khodam dari Asma Cakra Balakosa, sebuah ilmu warisan Mbah Cokro Dirdjoyo yang sangat langka pemiliknya.Jika saja malam itu ada orang lain yang menyaksikan pertarungan antara saya dengan Ki Jambrong, entah pemandangan apa yang akan disaksikannya. Yang jelas,Saya benar-benar merasakan pertarungan ini dalam dimensi fisik, bukan dalam dimensi astral.Akan tetapi amat sulit bagi Saya untuk menceritakannya dengan untaian kalimat dan kata-kata, sebab pertarungan tersebut memang tidak sepenuhnya berada dalam kesadaran saya. Dalam artian, ada kekuatan lain yang sifatnya gaib, yang membantu setiap gerakan saya baik saat menghindar maupun saat melakukan penyerangan.
Ya,itulah yang terjadi, sampai pertarungan sengit itu berlangsung selama berjam-jam lamanya. Buktinya, hampir semua tenaga Saya terkuras habis. Dan di saat-saat yang teramat genting, Saya mendengar bisikan gaib agar segera merapal apa yang disebut sebagai Syahadat krodha. Ajaib! Saat saya merapal ilmu yang amat dirahasiakan ini, tiba-tiba Ki Jambrong menjerit setinggi langit. Dia seperti terbakar oleh semburan api yang bersuhu sangat panas. Sekejap kemudian tubuhnya yang
besar itu seperti tersedot masuk ke dalam tanah,lalu menghilang bersamaan dengan suara jeritannya yang semakin tenggelam.
Apa yang terjadi setelah itu?
Saya merasakan keadaan alam di sekeliling menjadi gelap-
gulita. Seluruh persendian bagai telah dilolosi dari tempatnya. Walau sekuat tenaga berusaha untuk tetap tegar, namun akhirnya saya roboh dan tak sadarkan diri.
Gerimis pagi itu seperti sentuhan lembut seorang ibu yang membangunkan anaknya dari tidur lelap. Ya, saya terjaga dengan tubuh tertindih oleh sebuah batu berwarna hitam legam dengan corak aneh. Di sekeliling saya nampak juga benda-benda lain berupa bokor-bokor kuningan dengan bentuk yang amat artistik. Subhanallah! Mungkin inilah benda-benda pusaka yang dimaksudkan itu.Demikianlah sebuah pengalaman cukup menegangkan yang dilakoni oleh saya(cokro atmajadirdja). Tentu semua ini dapat saya jalani karena izin dan kehendak Allah semata, sebab sesungguhnya Saya hanyalah seorang hamba yang doif, yang penuh dengan kekurangan..

Wisata

Air Terjun

Air Terjun Irenggolo Besuki - Kediri

Irenggolo

Gemericik Air Terjun Irenggolo menjadi penggoda bagi pelancong di lereng Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur. Udara sejuk, gemericik air dari ketinggian, serta pemandangan alam nan indah melengkapi suasana elok di sekitarnya.
Air Terjun Irenggolo merupakan destinasi yang berada di Dusun Besuki, Kediri, JATIM. Daerah ini pun dikenal memiliki udara yang sejuk dengan pemandangan alam pegunungan yang sangat menawan.
Air terjun ini berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Lebih tepatnya, berada di lereng Gunung Wilis. Hijaunya pepohonan dan warna-warni bunga menghiasi sepanjang perjalanan menuju lokasi air terjun.
Tumpahan air dari lereng gunung ini memiliki ketinggian sekitar 80 meter dengan bentuk undakan-undakan dari bebatuan di tebingnya. Berada di alam pegunungan, air terjun ini bisa membuat kami menggigil dengan suhu sekitar 18 derajat Celcius.
Sebenarnya tidak hanya keindahan Air Terjun Irenggolo yang menjadi incaran wisatawan. Akan tetapi, banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan kesenian tradisi seperti halnya upacara ritual. Setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa, penduduk Dusun Besuki selalu mengadakan ritual Nyadran.
Ritual Nyadran dilakukan dengan harapan mendapat perlindungan serta pemberian ucapan terima kasih atas limpahan rezeki yang diberi Tuhan. Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk memberikan pesembahan pada penguasa Gunung Wilis serta untuk mengenang Iro Manggolo sebagai pendahulu dan cikal bakal desa tersebut.
Tidak selesai di situ, pada waktu bersamaan juga ada upacara adat yaitu Sesaji Tirto Husodo. Upacara Adat Sesaji Tirto Husodo merupakan kegiatan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat di sisi timur Pegunungan Wilis, tepatnya berada di Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo.
Dalam ritual ini Air Terjun Irenggolo menjadi tempat ritual ini dilaksanakan. Pada upacara ini mereka mengenang Resi Wasis Curigonoto, penguasa Desa Jugo dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penasaran dengan segala pesona air terjun ini? Irenggolo berada seitar 28 km ke arah barat daya dari Kota Kediri, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit bila menggunakan kendaraan bermotor.
Akses menuju air terjun ini pun relatif mudah dengan kondisi jalan yang cukup baik dan dapat ditempuh dengan segala macam kendaraan. Perjalanan menuju air terjun ini juga dapat dimulai dari Kota Kediri dengan cara menyeberang ke barat Sungai Brantas yang membelah Kota Kediri, lalu meluncur ke daerah Poh Sarang, Kecamatan Semen menuju Besuki.
Selanjutnya, pelancong harus melintasi Desa Selopanggung. Sebelum melanjutkan perjalanan, di Selopanggung Anda bisa berziarah ke makam tokoh nasional Tan Malaka. Setelah itu, barulah Anda bisa menuju ke pintu gerbang Kawasan Wisata Besuki.
Tiket masuk ke Air Terjun Irenggolo pun cukup terjangkau, hanya dengan membayar Rp 3.000 per orang pelancong sudah bisa merasakan kesegarannya. Sedangkan untuk biaya parkir hanya Rp 1.000 per kendaraan roda dua.
Sarana transportasi, komunikasi, dan listrik juga sudah mendukung keberadaan objek wisata ini. Demikian pula, berbagai prasarana fisik yang lain, seperti tempat parkir, toilet, kamar mandi, kolam renang dan musola. Bahkan di sini tersedia area untuk berkemah.

Air Terjun Dolo Besuki - Kediri

Dolo
Air terjun Dolo berada di bagian timur lereng Gunung Wilis (2.552m) dengan ketinggian 1800 m dpl.  Tumpahan airnya terbagi tiga bagian dimana bagian yang paling tinggi sekitar 90 m dan dibawahnya sekitar 2-5 m. Debit air yang dicurahkan tidaklah terlalu besar, namun cukup menarik untuk dinikmati.
Air terjun ini satu jalur dengan air terjun Irenggolo yakni terletak 4 Km setelahnya, dengan melewati hutan perawan yang sangat menantang.  Air terjun ini termasuk jarang dikunjungi oleh wisatawan, hal ini dikarenakan lokasinya yang terbilang jauh dan susah untuk menuju kesana. Namun saat ini, pemerintah kabupaten Kediri telah membangun sarana jalan yang mulus untuk menuju lokasi air terjun, baik dari arah kota Kediri maupun dari arah Ponorogo, berupa jalan tembus.
 Berjarak + 28 km ke arah barat daya dari kota Kediri, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit berkendara. Akses menuju air terjun ini relatif mudah dengan kondisi jalan 85 hotmix dan dapat ditempuh dengan segala macam kendaraan hingga di kawasan wisata air terjun tersebut. Perjalanan menuju air terjun ini dapat dimulai dari kota Kediri dimana pertama-tama menyeberang ke bagian barat sungai Brantas yang membelah kota Kediri, lalu meluncur ke daerah Poh Sarang, Kecamatan Semen menuju Besuki. Selanjutnya melintasi Desa Selopanggung tempat tokoh nasional Tan Malaka dimakamkan, dan akhirnya sampai di pintu gerbang Kawasan Wisata Besuki.
Bagi pengguna kendaraan umum, dari terminal bus Tamanan Kota Kediri, naik angkutan pedesaan jurusan ke Kecamatan Mojo. Kemudian, turun di Desa Besuki, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke lokasi air terjun. Selain dengan berjalan kaki dari desa Besuki dapat menggunakan jasa sewa ojek atau angkutan pedesaan.
Dari area pintu gerbang masuk perjalanan dilanjutkan sekitar 200 m menuju area parkir kendaraan.  Dan akhirnya dari area parkir diteruskan dengan berjalan kaki ke loaksi air terjun tersebut berada. 
Lokasi
Terletak di Dusun Besuki, Desa Jugo  Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.
Peta dan Koordinat GPS: 7°52'10"S  111°50'5"E
Aksesbilitas
Berjarak kurang lebih 25 Km dari pusat kota Kediri ke arah barat menuju Besuki melalui Puhsarang, Kecamatan Semen.
Akses ini merupakan jalan yang hanya menuju ke air terjun Dolo yang berliku-liku.  Setelah itu dilanjutkan sekitar 4 km hingga di tiitik pemberhentian akhir kendaraan di area parkir.
Jika berangkat dari pintu keluar Air Terjun Irenggolo ambil belokan ke kiri.  Ketika sampai di pertigaan selanjutnya ambil jalan yang ke kanan.  Ikuti jalan tersebut sampai tidak ada jalan lagi, karena ujung jalan ini merupakan lokasi parkir (pemberhentian akhir kendaraan).  Kondisi jalan ini sudah cukup lebar dan mulus, akan tetapi di beberapa bagian jalan sering terjadi longsor.
Dari area parkir kendaraan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni anak tangga yang jumlahnya ada ratusan sejauh lebih kurang 750 m menuju tempat air terjun berada. Waktu tempuh dari area parkir tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 menit
Tiket dan Parkir
Tiket masuk adalah Rp.3000 per orang.
Fasilitas dan Akomodasi
Akses jalan raya, tempat parkir, mushola dan beberapa kantin kecil sudah ada di sana. Bahkan keberadaan beberapa vila penginapan juga telah tersedia.





Sedudo
Air Terjun Sedudo berada di ketinggianan 1.438 meter di atas permukaan laut (dpl) di sisi timur kawasan Gunung Wilis, dengan ketinggian air terjun sekitar 105 meter.
Air terjun Sedudo sudah terkenal sejak jaman Majapahit yang mana air terjun ini diyakini sebagai Tirta Suci yang mengalir dari kahyangan.  Bahkan Para Raja, Bangsawan dan Pendeta pada jaman itu sering mempergunakan untuk upacara ritual, yaitu memandikan arca atau senjata pusaka dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda.
Hingga sekarang pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap tanggal 1 Suro bulan Sura (kalender Jawa).  Konon mitos yang ada sejak zaman Majapahit pada bulan itu dipercaya membawa berkah awet muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut.
Legenda
Dulu kawasan Sedudo merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh pelopor penyebaran agama Islam di Nganjuk waktu itu. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, maka setiap bulan Suro sebuah upacara ritual selalu digelar. Ritual yang diberi nama pengambilan Air Sedudo itu diisi dengan acara iring-iringan gadis berambut panjang yang berbusana adat Jawa, berjalan perlahan menuju kolam yang berada tepat di bawah air terjun. 
Mereka percaya, air yang mengalir tak henti-hentinya di Sedudo, bersumber dari tempat keramat, yakni tempat di mana para dewa bersemayam. Tak heran, ketika malam tahun baru Hijriyah 1 Muharram, atau biasa dikenal malam 1 Suro oleh masyarakat Jawa, ribuan pengunjung selalu memadati Sedudo. Di tengah dinginnya air terjun Sedudo, mereka mandi beramai-ramai di kolamnya.
Aspek sejarah lain, khususnya tentang pemanfaatan Sedudo oleh kalangan raja dan ulama di zaman Kerajaan Majapahit dan kejayaan Islam, sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat tentang khasiat air terjun tersebut. Di jaman Majapahit Sedudo sering digunakan untuk mencuci senjata pusaka milik raja dan patih dalam Prana Pratista. Sementara di zaman kerajaan Islam, Sedudo sangat dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman.
Lokasi
Terletak di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur.
Peta dan Koordinat GPS: 7° 46' 9.61" S  111° 45' 56.89" E 
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk dengan melewati daerah Kecamatan Berbek dan Sawahan.  Lokasi objek wisata ini sangat mudah dijangkau dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum (seperti bus) maupun kendaraan pribadi dengan kondisi jalan umumnya baik dan beraspal mulus. Hanya saja, karena lokasinya di gunung, jalan menuju air terjun Sedudo cenderung menanjak, naik-turun, dan berkelok-kelok. Kondisi jalan seperti ini tentu sulit untuk dilewati oleh kendaraan jenis bus. Karena itu, bila berniat ke air terjun Sedudo, sebaiknya gunakan kendaraan roda empat non bus.  Meski tidak ada angkutan umum yang langsung menuju obyek wisata, tapi banyak mobil sewaan yang siap mengantar.
Setelah melewati gerbang utama dan membayar karcis akan ditemui jalan dua arah, ke atas menuju Air Terjun Sedudo, sedangkan ke bawah menuju Agrowisata Ganter dan Air Terjun Singokromo.  Dari gerbang ini perjalanan menanjak masih berlanjut sekitar dua kilometer.  Setelah melewati satu pos penjagaan lagi, barulah terdengar gemuruh Air Terjun Sedudo yang sudah di depan mata.   Untuk menuju ke pelataran air terjun harus berjalan menuruni tangga sekitar 5 menit.
Tiket dan Parkir
Harga tiket masuk  adalah Rp 2500/orang.  Tarif parkir kendaraan roda dua dipungut Rp 1.000, sedangkan kendaraan roda empat Rp 2.000.
Fasilitas dan Akomodasi
Fasilitas yang dimiliki di tempat wisata ini umumnya cukup baik dan lengkap seperti ruang ganti, kolam tempat berendam atau berenang, toilet, tempat istirahat dan berbagai rumah makan serta toko cinderamata.  Bagi yang membutuhkan penginapan juga tersedia hotel yang berada di sekitar kawasan ini.
Wisata Lain
Agrowisata Ganter, tempat perkebunan bunga. Sekitar dua kilometer di selatan Ganter ada lagi Air Terjun Singokromo.


Air Terjun Laweyan Sendang - TulungAgung

Lawean
Air Terjun Lawean adalah salah satu potensi wisata Kabupaten Tulungagung, dengan ketinggian sekitar 100 m berteras dan bercabang.  Air terjun ini terletak di lereng Gunung Wilis dengan ketinggian + 1.200 m di atas permukaan air laut.
Legenda
Menurut kepercayaan penduduk setempat, daerah ini dikuasai oleh Mbok Roro Dewi Gangga, Mbok Roro Cenethi, Mbok Roro Wilis, dan Mbok Roro Endang Sampur. Penduduk setempat juga meyakini, Barang siapa yang mandi di air terjun ini akan sembuh dari penyaki
t yang dideritanya.
Gunung Wilis bagian selatan yakni di Kabupaten Tulungagung tepatnya di Kecamatan Sendang. Disinyalir masih banyak air terjun lain yang belum begitu ramai pengunjung. Hal ini terkait kurangnya sosialisasi pemerintah setempat. Lawean 2 misalnya, air terjun ini dapat ditempuh dengan perjalanan kaki selama + 3 jam dari pasar Sendang, 60 menit lebih jauh dari Lawean 1. Perjalanan dimulai dari Ds/Kec. Sendang menuju kearah barat kearah Dkh. Magersari melewati sedikit hutan mahoni ke perkampungan penduduk, setelah itu barulah kita masuk ke hutan pinus yang lebih luas dimana di kanan jalan terdapat jurang serta dikiri jalan terdapat tebing. Perjalanan melewati hutan pinus + 1 jam. Keluar dari hutan pinus, memasuki wilayah hutan tropis yang rimbun dengan disambut aliran sungai yang bersumber dari Air Terjun Lawean. Biasa pada penduduk menyebutnya dengan Kali Siji (sungai pertama), dimana untuk menuju ke Air Terjun Lawean 1 kita harus melewati 7 sungai.
Kali Siji
Sebenarnya untuk sampai ke lokasi Kali Siji (sungai Pertama) dapat ditempuh dengan perjalanan menggunakan sepeda motor, tetapi karena kondisi jalan yang sangat licin disarankan untuk berjalan kaki.
Area Hutan Pinus
Setelah menyeberangi sungai pertama, kita mulai masuk ke hutan tropis khas Gunung Wilis. Setelah menyusuri jalan setapak di dalam hutan pinus dan melewati 7 sungai, sampailah kita di persimpangan jalan yang menuju kearah kanan ke Air Terjun Lawean 1 dan kearah kiri ke Air Terjun Lawean 2. Ambil jalur kearah Air Terjun Lawean 2, disinilah adrenalin kita akan terasa tertantang, dimana jalur yang menanjak dan licin sudah menanti kita. Setelah + 30 menit perjalanan sampailah kita di Air Terjun Lawean 2 yang mempesona.
Lokasi
Air terjun Lawehan salah satu potensi wisata Kabupaten Tulungagung, Terletak di Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang. Lebih kurang 25 km arah barat dari kota Tulungagung, yang merupakan bagian dari Lereng Wilis dengan ketinggian + 1.200 m diatas permukaan air laut.
Aksesbilitas
Berjarak lebih kurang 25 km arah barat dari kota Tulungagung.  Untuk menuju lokasi harus berjalan kaki + 3 km  dengan kondisi jalan yang naik turun, licin dan menerobos semak belukar dengan melewati indahnya panorama perbukitan, dan sembilan kali menyeberangi sungai di hutan yang masih perawan.